Monday, September 30, 2019

Desain Logo Kota Tarakan

Logo Kota Tarakan
Kota Tarakan merupakan satu-satunya kota di Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia dan juga merupakan kota terkaya ke-17 di Indonesia. Kota ini mempunyai luas wilayah 250,80 km² dan sesuai dengan data Badan Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana, Kota Tarakan berpenduduk sebanyak 239.787 jiwa. Tarakan atau juga dikenal sebagai Bumi Paguntaka, berada pada sebuah pulau kecil.

Semboyan dari kota Tarakan ialah Tarakan Kota "BAIS" (Bersih, Aman, Indah, Sehat dan Sejahtera).
Tarakan berdasarkan dongeng rakyat berasal dari bahasa tidung “Tarak” (bertemu) dan “Ngakan” (makan) yang secara harfiah sanggup diartikan “Tempat para nelayan untuk istirahat makan, bertemu serta melaksanakan tukar barang hasil tangkapan dengan nelayan lain. Selain itu Tarakan juga merupakan tempat pertemuan arus muara Sungai Kayan, Sesayap dan Malinau.
Pemboran minyak oleh Bataafsche Petroleum Maatschappij di Pulau Tarakan (tahun 1920-1940)
Prajurit dari Batalion ke-2/48 menyaksikan konvoi yang membawa mereka ke Tarakan
Lapangan Udara Tarakan 2 ahad sehabis diduduki. Lihat pelubangan yang mendalam.
Gabungan patroli Australia-Hindia Belanda di bab terpencil Tarakan
Pantai tempat pasukan sekutu mendarat di Tarakan pada 1 May 1945
Brigadir D.A. Whitehead (Komandan birade 26, berpipa rokok) bersama Letnan Jenderal Leslie Morshead
 
Era Kerajaan Tidung

Kerajaan Tidung atau dikenal pula dengan nama Kerajaan Tarakan (Kalkan/Kalka) ialah kerajaan yang memerintah Suku Tidung di Kalimantan Utara, yang berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu. Sebelumnya terdapat dua kerajaan di daerah ini, selain Kerajaan Tidung, terdapat pula Kesultanan Bulungan yang berkedudukan di Tanjung Palas. Berdasarkan silsilah (Genealogy) yang ada bahwa dipesisir timur Pulau Tarakan yaitu di daerah Dusun Binalatung sudah ada Kerajaan Tidung Kuno (The Ancient Kingdom of Tidung), kira-kira pada tahun 1076-1156, kemudian berpindah ke pesisir selatan Pulau Tarakan di daerah Tanjung Batu pada tahun 1156-1216, kemudian bergeser lagi ke wilayah barat yaitu ke daerah Sungai Bidang kira-kira pada tahun 1216-1394, sehabis itu berpindah lagi, yang relatif jauh dari Pulau Tarakan ke daerah Pimping bab barat dan daerah Tanah Kuning, sekitar tahun 1394-1557.

Dari riwayat-riwayat yang terdapat dikalangan suku Tidung perihal kerajaan yang pernah ada dan sanggup dikatakan yang paling renta di antara riwayat lainnya yaitu dari Menjelutung di Sungai Sesayap dengan rajanya yang terakhir berjulukan Benayuk. Berakhirnya zaman Kerajaan Menjelutung alasannya ialah ditimpa malapetaka berupa hujan ribut dan angin angin puting-beliung yang sangat dahsyat sehingga mengakibatkan perkampungan di situ runtuh dan karam kedalam air (sungai) berikut warganya. Peristiwa tersebut dikalangan suku Tidung disebut Gasab yang kemudian mengakibatkan banyak sekali mitos perihal Benayuk dari Menjelutung.

Dari beberapa sumber didapatkan riwayat perihal masa pemerintahan Benayuk yang berlangsung sekitar 35 musim. Perhitungan demam isu tersebut ialah berdasarkan hitungan hari bulan (purnama) yang dalam semusim terdapat 12 purnama. Dari itu maka hitungan demam isu sanggup disamakan lebih kurang dengan tahun Hijriah. Apabila dirangkaikan dengan riwayat perihal beberapa tokoh pemimpin (Raja) yang sanggup diketahui usang masa pemerintahan dan keterkaitannya dengan Benayuk, maka diperkirakan bencana di Menjelutung tersebut terjadi pada sekitaran awal periode XI. Kelompok-kelompok Suku Tidung pada zaman Kerajaan Menjelutung belumlah menyerupai apa yang terdapat kini ini, sebagaimana diketahui bahwa dikalangan Suku Tidung yang ada di Kalimantan Timur dan Utara kini terdapat 4 (empat) kelompok dialek bahasa Tidung, yaitu :

    Dialek bahas Tidung Malinau
    Dialek bahasa Tidung Sembakung.
    Dialek bahas Tidung Sesayap.
    Dialek bahas Tidung Tarakan yang biasa pula disebut Tidung Tengara yang kebanyakan bermukim di daerah air asin.

Dari adanya beberapa dialek Bahasa Tidung yang merupakan kelompok komunitas berikut lingkungan sosial budayanya masing-masing, maka tentulah dari kelompok-kelompok dimaksud mempunyai pemimpin masing-masing. Sebagaimana diriwayatkan kemudian bahwa sehabis Kerajaan Benayuk di Menjelutung runtuh maka anak keturunan beserta warga yang selamat berpindah dan menyebar kemudian membangun pemukiman baru. Salah seorang dari keturunan Benayuk yang berjulukan Kayam selaku pemimpin dari pemukiman di Linuang Kayam (Kampung si Kayam) yang merupakan cikal bakal dari pemimpin (raja-raja) di Pulau Mandul, Sembakung dan Lumbis.

Berikut ialah raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Tidung :

    Benayuk dari sungai Sesayap, Menjelutung (Masa Pemerintahan ± 35 Musim)
    Yamus (Si Amus) (Masa Pemerintahan ± 44 Musim)
    Ibugang (Aki Bugang)
    Itara (Lebih kurang 29 Musim)
    Ikurung (Lebih kurang 25 Musim)
    Ikarang (Lebih kurang 35 Musim), di Tanjung Batu (Tarakan).
    Karangan (Lebih kurang Musim)
    Ibidang (Lebih kurang Musim)
    Bengawan (Lebih kurang 44 Musim)
    Itambu (Lebih kurang 20 Musim)
    Aji Beruwing Sakti (Lebih kurang 30 Musim)
    Aji Surya Sakti (Lebih kurang 30 Musim)
    Aji Pengiran Kungun (Lebih kurang 25 Musim)
    Pengiran Tempuad (Lebih kurang 34 Musim)
    Aji Iram Sakti (Lebih kurang 25 Musim) di Pimping, Bulungan
    Aji Baran Sakti (Lebih kurang 20 Musim).
    Datoe Mancang (Lebih kurang 49 Musim)
    Abang Lemanak (Lebih kurang 20 Musim), di Baratan, Bulungan
    Ikenawai bergelar Ratu Ulam Sari (Lebih kurang 15 Musim)

Era Dinasti Tengara

Dinasti Tengara bermulai pada tahun 1557-1916 Masehi, dinasti ini pertama kali dipimpin oleh Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet pada tahun 1557 Masehi dan berakhir pada ketika dipimpin oleh Datoe Adil pada tahun 1916, Dinasti Tengara berlokasi di daerah Pamusian, Tarakan Tengah

Berikut ialah raja-raja yang pernah berkuasa pada masa Dinasti Tengara :

    Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet (1557-1571)
    Amiril Pengiran Dipati I (1571-1613)
    Amiril Pengiran Singa Laoet (1613-1650)
    Amiril Pengiran Maharajalila I (1650-1695)
    Amiril Pengiran Maharajalila II (1695-1731)
    Amiril Pengiran Dipati II (1731-1765)
    Amiril Pengiran Maharajadinda (1765-1782)
    Amiril Pengiran Maharajalila III (1782-1817)
    Amiril Tadjoeddin (1817-1844)
    Amiril Pengiran Djamaloel Kiram (1844-1867)
    Ratoe Intan Doera/Datoe Maoelana (1867-1896), Datoe Jaring gelar Datoe Maoelana ialah putera Sultan Bulungan Muhammad Kaharuddin (II)
    Datoe Adil (1896-1916)

Era Hindia Belanda

Ketenangan masyarakat setempat agak terganggu ketika pada tahun 1896, sebuah perusahaan perminyakan Belanda, BPM (Bataavishe Petroleum Maatchapij) menemukan adanya sumber minyak di pulau ini. Banyak tenaga kerja didatangkan terutama dari pulau jawa seiring dengan meningkatnya acara pengeboran. Mengingat fungsi dan perkembangan wilayah ini, pada tahun 1923 Pemerintah Hindia Belanda merasa perlu untuk menempatkan seorang Asisten Residen di pulau ini yang membawahi 5 (lima) wilayah, yakni: Tanjung Selor, Tarakan, Malinau, Apau Kayan dan Berau. Namun pada masa pasca kemerdekaan, Pemerintah RI merasa perlu untuk mengubah status kewedanan Tarakan menjadi Kecamatan Tarakan sesuai dengan Keppress RI No. 22 Tahun 1963.
 
Era Pendudukan Jepang

Pada ketika pendaratan Sekutu, angkatan Jepang di Tarakan berjumlah 2.200 orang yang didatangkan dari Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Satuan terbesar ialah Batalion Infantri Independen ke-455 yang berkekuatan 740 orang yang dikomandoi oleh Mayor Tadai Tokoi. 150 pasukan pendukung AD juga ada di Tarakan. Sumbangan AL kepada garnisun Tarakan tersusun atas 980 pelaut yang dikomandoi oleh Komandan Kaoru Kaharu. Satuan bahari utama ialah Angkatan Garnisun Laut ke-2 yang berkekuatan 600 orang. Satuan bahari ini dilatih bertempur sebagai infantri dan mengoperasikan beberapa senapan pertahanan pesisir. 350 pekerja minyak sipil Jepang juga diperlukan bertempur pada ketika serangan Sekutu. Angkatan Jepang termasuk sekitar 50 orang Indonesia yang berdinas di satuan pengawal pusat. Mayor Tokoi mengarahkan keseluruhan pertahanan Tarakan, meskipun hubungan antara AL dan AD buruk.

Angkatan Jepang dipusatkan di sekitar Lingkas, pelabuhan utama Tarakan dan tempat satu-satunya pantai yang cocok untuk pendaratan pasukan. Pembela itu telah menghabiskan waktu beberapa bulan sebelum serangan yang menyusun posisi bertahan dan menanam ranjau. Pertahanan yang diatur itu banyak digunakan selama pertempuran, dengan taktik Jepang yang difokuskan pada posisi bertahan pra-persiapan yang kuat. Jepang tak melaksanakan kontra-serangan besar apapun, dan kebanyakan gerakan menyerang terbatas pada beberapa pihak penyerang yang mencoba menyelusup garis Australia.

Mendapatkan ladang minyak Tarakan ialah satu tujuan awal Jepang selama Perang Pasifik. Jepang menyerang Tarakan pada tanggal 11 Januari 1942 dan mengalahkan garnisun Belanda yang kecil dalam pertempuran yang berlangsung selama 2 hari di mana separuh pasukan Belanda gugur. Saat ladang minyak Tarakan berhasil disabotase oleh Belanda sebelum penyerahannya, Jepang bisa dengan cepat memperbaikinya biar bisa menghasilkan lagi dan 350.000 barel diproduksi tiap bulan dari awal tahun 1944.

Menyusul penyerahan Belanda, 5.000 penduduk Tarakan amat menderita akhir kebijakan pendudukan Jepang. Banyaknya pasukan Jepang yang ditempatkan di pulau ini mengakibatkan penyunatan materi makanan dan sebagai hasilnya banyak orang Tarakan yang kurang gizi. Selama pendudukan itu, Jepang membawa sekitar 600 buruh ke Tarakan dari Jawa. Jepang juga memaksa sekitar 300 perempuan Jawa untuk bekerja sebagai "jugun ianfu" (wanita penghibur) di Tarakan sehabis membujuk mereka dengan komitmen palsu mendapat kerja sebagai juru tulis maupun menciptakan pakaian.

Arti penting Tarakan bagi Jepang makin menguap dengan gerak maju cepat angkatan Sekutu ke daerah itu. Tanker minyak Jepang yang terakhir meninggalkan Tarakan pada bulan Juli 1944, dan serangan udara Sekutu yang mahir pada tahun-tahun itu menghancurkan produksi minyak dan kemudahan penyimpanan di pulau itu.[10] Serangan ini juga membunuh beberapa ratus penduduk sipil Indonesia. Sejalan dengan kepentingannya yang makin menurun, garnisun Jepang di Tarakan berkurang pada awal 1945 ketika salah satu dari 2 batalion infantri yang ditempatkan di pulau itu (Batalion Infantri Independen ke-454) ditarik ke Balikpapan. Batalion ini dihancurkan oleh Divisi ke-7 Australia pada bulan Juli selama Pertempuran Balikpapan.

Era Kemerdekaan

Letak dan posisi yang strategis telah bisa menjadikan kecamatan Tarakan sebagai salah satu pusat industri di wilayah Provinsi Kalimantan Timur bab utara sehingga pemerintah perlu untuk meningkatkan statusnya menjadi Kota Administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1981.

Status Kota Administratif kembali ditingkatkan menjadi Kotamadya berdasarkan Undang-undang RI No. 29 Tahun 1997 yang peresmiannya dilakukan pribadi oleh Menteri dalam Negeri pada tanggal 15 Desember 1997, sekaligus menandai tanggal tersebut sebagai Hari Kaprikornus Kota Tarakan.

Sejak tahun 2012, Kota Tarakan merupakan bab dari Provinsi Kalimantan Utara, seiring dengan pemekaran provinsi gres tersebut dari Provinsi Kalimantan Timur.

0 comments:

Post a Comment

 

Resources

Travel

Labels